Sejarah Jabal Malaikat saat ini sedang banyak yang membaca karena beberapa travel Umroh memilih Jabal Malaikat sebagai salah satu agenda dalam program Paket Umroh Plus City Tour Jabal Malaikat 2025, di mana Jabal Malaikat atau juga dikenal sebagai Jabal al-Malaikat, adalah sebuah bukit kecil di Arafah, Arab Saudi, yang diyakini sebagai tempat di mana Nabi Adam dan Hawa bertemu kembali setelah dipisahkan di Bumi.
Bukit ini memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi dalam Islam, terutama karena kaitannya dengan peristiwa penting dalam sejarah umat manusia.

Perang Badr adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada tahun 624 Masehi. Perang ini merupakan pertempuran pertama antara umat Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW dan pasukan Quraisy dari Mekah.
Perang Badr terjadi di dekat sumur Badr, yang terletak di antara Mekah dan Madinah. Pasukan Muslim yang berjumlah sekitar 313 orang berhasil mengalahkan pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 1.000 orang.
Perang Badr memiliki makna yang sangat penting dalam sejarah Islam, karena:
1. Membuktikan kekuatan dan kesabaran umat Muslim.
2. Menunjukkan bahwa Allah SWT selalu bersama dengan orang-orang yang beriman.
3. Membuka jalan bagi penyebaran Islam di seluruh Jazirah Arab.
Apakah kamu ingin tahu lebih banyak tentang Perang Badr ?
Dalam Perang Badar, Jabal Malaikat tidak secara langsung terkait dengan lokasi pertempuran. Namun, Perang Badar sendiri merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada tahun 624 Masehi.
Dalam Perang Badar, umat Muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW berhasil mengalahkan pasukan Quraisy dari Mekah dengan bantuan malaikat yang dikirim oleh Allah SWT. Malaikat ini membantu pasukan Muslim dalam pertempuran dan memberikan mereka kekuatan dan keberanian.
Jabal Malaikat terletak di antara Makkah dan Madinah. Lembah ini diapit dua bukit, yaitu di timur bukitnya bernama ‘Udwah al Qushwa’ dan di barat bukitnya bernama ‘Udwah ad Dunya’, sedangkan di sisi selatan, ada juga bukit bernama bukit ‘al-Asfal’.
Saat ini, Jabal Malaikat menjadi salah satu kota yang berada di wilayah Provinsi Madinah dengan nama lengkap Kota Badar Hunain. Jarak kota ini dari Kota Suci Madinah mencapai sekitar 130 km. Meski demikian, sebagian wilayah lembah yang pernah menjadi lokasi pertempuran besar, yakni Perang Badar al Qubro, masih dibiarkan menjadi padang terbuka.
Pertempuran besar di lembah Badar tersebut terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijriyah atau 17 Maret 624 M. Ribuan malaikat turut bergabung dalam pasukan muslim yang melawan pasukan Quraisy dalam Perang Badar. Bantuan para malaikat ini membuat pasukan muslim berhasil menang. Kisah ini tercatat dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 123-126.
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tentram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Dalam islamiclandmarks.com dikatakan 500 malaikat datang ke sisi kanan, dipimpin oleh Jibril. Nabi Saw. mengirim Abu Bakar r.a. untuk memimpin di sayap kanan. Di sisi kiri pasukan, ada 500 malaikat lagi, dipimpin oleh malaikat Mikail. Nabi Saw mengutus Ali r.a. ke sisi itu juga untuk memimpin para malaikat. Dalam setiap pertempuran, Allah Swt mengirim malaikat untuk menghibur Nabi Saw dan orang-orang beriman. Namun, satu-satunya saat para malaikat benar-benar bertempur di medan perang adalah di Perang Badar.
Banyak riwayat berbicara tentang penampakan malaikat dalam perang Badar. Dalam Sahih Muslim bahwa Ibnu Abbas r.a. berkata: “Sementara pada hari itu seorang Muslim mengejar seorang kafir yang berjalan di depannya, dia mendengar desir cambuk dan suara pengendara mengatakan padanya. : ‘Silakan, Haizum!’ Dia melirik musyrik yang (sekarang) jatuh terlentang. Ketika dia melihatnya (dengan hati-hati dia menemukan bahwa) ada bekas luka di hidungnya dan wajahnya robek seolah-olah telah dicambuk dengan cambuk, dan berubah menjadi hijau karena racunnya. Seorang Ansar mendatangi Nabi dan menceritakan (peristiwa) ini kepadanya. Dia berkata: ‘Kamu telah mengatakan yang sebenarnya. Ini adalah bantuan dari langit ketiga.’”
Insiden lain dilaporkan, di mana seorang pria lain dari Ansar menangkap Abbas bin Abdul Muthalib, yang berkata: “Wahai Rasulullah! Demi Allah orang ini tidak menangkapku. Saya ditangkap oleh seorang pria yang botak dan berwajah paling tampan, dan yang sedang menunggang kuda. Saya tidak bisa melihatnya di sini di antara orang-orang”. Pria dari Ansar berkata: “Saya menangkapnya, ya Rasulullah!”. Nabi Saw menjawab: “Diamlah, Allah Yang Maha Perkasa, menguatkanmu dengan bantuan Malaikat yang mulia.”
Diriwayatkan juga bahwa setelah pertempuran, orang-orang biasa mengenali orang-orang yang dibunuh oleh malaikat, dengan luka di leher, jari tangan dan kaki mereka, karena bagian-bagian itu memiliki tanda seolah-olah dicap dengan api.
Jibril mendekati Rasulullah Saw dan memintanya untuk mengambil segenggam debu dan melemparkannya ke musuh.
Nabi melemparkan debu sambil berkata, “Kebingungan menguasai wajah mereka!” Badai pasir yang dahsyat bertiup ke mata musuh dan segenggam pasir masuk ke mata orang-orang musyrik, masing-masing terkena sebagiannya, dan mengganggu mereka membuat masing-masing sibuk. Allah berfirman dalam Surah al-Anfal: “Dan kamu (hai Muhammad) tidak melempar ketika kamu melempar tetapi Allah yang melempar.” [8:17] artinya segenggam pasir yang dilemparkan Nabi kepada orang-orang kafir bukanlah dengan kekuatan dan kekuatannya tetapi sampai ke mata orang-orang kafir melalui kehendak Allah.
Tak jauh dari jabal malaikat, ada makam para Syuhada Perang Badar. Empat belas syuhada itu diabadikan dalam monumen. Di antaranya dari kaum Muhajirin adalah Ubaidah bin Al-Harits, Umair bin Abi Waqqas, Dzusy Syimalain bin Abdul Amr, Aqil bin Al-Bukair, Mihja’, dan Shafwan bin Baidha’. Sedangkan korban meninggal dari kaum Anshar berasal dari Bani Aus ada dua orang, yaitu Sa’ad bin Khaitsamah dan Mubasysyir. Sedangkan dari Bani Khazraj ada enam orang, yaitu Yazid bin Al-Harits, Umair bin Al-Husam, Rafi’ bin Al-Mu’alla, Haritsah bin Suraqah, Auf bin Afra’ dan Mu’awwadz bin Afra’.
Makam keempat belas syuhada itu dikelilingi pagar besi setinggi sekitar 3 meter di lembah Badar. Di dalam pagar hanya ada bebatuan yang tak beraturan. Sangat sulit mengenali makam syuhada sesuai nama satu per satu. Ini berbeda dengan makam Baqi’, meski tanpa nama namun pusara dari bongkahan batu cukup tertata rapi. Sedangkan makam syuhada Badar tidak. Di depan pagar besi, ada tulisan Maqbaroh Syuhada Badar dalam tulisan Arab. Makam ini terletak di Jalan Syuhada di Kota Badar, Madinah, Arab Saudi.
Butuh waktu dua jam untuk sampai di Pemakaman Syuhada Badar. Dengan jarak tempuh hingga 150 km dari Kota Madinah.





